penambahan Lalaran Alfiyah Ibn Malik halaman 1-36
berisi syiiran nadoman yang dapat menggugah kesadaran kita tentang hakikat kehidupan beragama kepada Allah, Sesama manusia, maupun Alam.Pupujian dalam bahasa Sunda suka disebut juga nadoman, yaitu untaian kata-kata yang terikat oleh padalisan (larik, baris) dan pada (bait). Kadang-kadang istilah pupujian dibedakan dengan istilah nadoman. Pupujian diartikan sebagai puisi yang isinya puja-puji kepada Allah, sedang nadoman diartikan sebagai puisi yang isinya mengenai ajaran keagamaan. Menurut Rusyana (1971: 9) isi pupujian itu terbagi menjadi enam golongan , yaitu :
1. Memuji keagungan Tuhan,
2. Sholawat kepada Rasulullah,
3. Doa dan taubat kepada Allah,
4. Meminta safaat kepada Rasulullah,
5. Menasehati umat agar melakukan ibadat dan amal saleh serta menjauhi kemaksiatan,
6. Memberi pelajaran tentang agama, seperti keimanan, rukun Islam, fikih, akhlak, tarikh, tafsir Alquran, dan sorof.
Dilihat dari segi fungsinya, syiiran nadoman itu memiliki dua fungsi, yaitu fungsi ekspresi pribadi dan fungsi sosial Rusyana, 1971: 7). Fungsi sosial puisi pupujian sangat menonjol dibandingkan dengan fungsi ekspresi pribadi. Puisi pupujian dipakai untuk mempengaruhi pikiran, perasaan, dan tingkah laku manusia, selain digunakan untuk menyampaikan berbagai ajaran agama. Sebagai media pendidikan, puisi pupujian disampaikan dengan cara dinyanyikan yang dihafalkan di luar kepala. Dengan cara seperti itu, anak didik dan masyarakat akan tergugah dan mempunyai keinginan untuk mengikuti nasihat serta ajaran agama yang dikumandangkan melalui puisi pupujian itu. Rekan-rekan Guru yang mencintai sastra daerah! Dahulu pada masa-masa sebelum Perang Dunia II, puisi pupujian sering dikumandangkan di lingkungan pesantren dan madrasah, mesjid, langgar, ataupun tempat-tempat pengajian lainnya.
syiiran nadoman ini dialunkan pada saat-saat menjelang salat subuh, magrib, dan isya. Pada masa sekarang ini frekuensi pemakaian puisi pupujian di tempat-tempat tersebut itu sudah agak berkurang, sekalipun masih ada, tetapi fungsinya sudah berubah. Kalau sebelumnya diutamakan menjadi media pendidikan, sekarang menjadi salah satu ajang kegiatan kesenian yang bersifat seremonial saja. Misalnya hanya dipakai pada acara kesenian dalam kegaiatan memperingati Maulud Nabi, Rajaban, musabaqoh tilawatil Quran, atau intihan. Akan tetapi di madrasah-madrasah, walaupun dalam jumlah yang relatif kecil, puisi pupujian ini masih tetap berfungsi sebagai media pendidikan untuk mempermudah penyampaian ajaran agama Islam kepada anak-anak. Ada indikasi bahwa berkurangnya pemakaian puisi pupujian itu disebabkan oleh tingkat pengetahuan dan pendidikan agama masyarakat sekarang sudah jauh lebih tinggi daripada ajaran-ajaran agama yang tertuang dalam puisi pupuian. Selain itu, buku-buku tentang ajaran agama Islam sekarang telah banyak beredar dan mudah diperoleh. Mungkin juga karena pengaruh kebudayaan modern, sehingga masyarakat sekarang menganggap bahwa lagu dan ajaran Islam dalam puisi pupujian sudah kurang relevan dengan tuntutan perkembangan zaman, terutama ajaran adab dan sopan santun. semoga bermanfaat